Langsung ke konten utama

Cerita tentang si abu abu

Sumber gambar: google

 

Ketika sang siang seperti sore akibat warna awan hitam ke abu-abuan menutupi langit biru. Itu adalah proses ku. Proses bagai mana aku akan menapaki belahan bumi. Menjelajahi indahnya ciptaan Mu wahai Tuhan. Sudah lama aku tak menapaki bumi bagian selatan. Aku merindukannya. Merindukan mereka yang tak terlalu merindukanku. Di mana aku selalu mengisi hari-hari mereka. Juga karena saat itu aku selalu ada untuk mereka. Mungkin juga aku selalu mengisi hari-hari bumi pertiwiku.



Sebut saja aku hujan. Itu panggilanku ketika si tanah membutuhkanku. Juga pohon-pohon yang merupakan penyemangat hidupku ketika aku mulai merintih. Aku tak merasakan sakit ketika mentari mengalah kepadaku. Aku dan sang surya terkadang beradu argumen. Mengenai perubahan sikap tanah kepadaku juga teman-temanku yang pergi satu persatu meninggalkanku. Manusia-manusia yang kala menghujatku saat aku bermain dengan tanah setiap hari. Para manusia membenciku entah apa penyebabnya. Aku terkadang lelah melihat perubahan tanahku. Kecewa terhadapnya. Hingga 7 bulan aku tak pernah menemuinya sekadar saling bertegur sapa.



Sang tanah tak memanggilku. Membuatku kecewa berkali lipat. Melihat sikapku langit geram terhadap manusia. Ia menyuruhku jangan menemui tanah. Lagi-lagi manusia membuatku pusing. 


Detik demi detik

Kala aku merindukannya

Langit menyuruhku menjauh

Mentari juga mendukungku

Entahlah apa yang mereka pikirkan.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudah

Mungkin saatnya Aku harus melupakan Racun jingga yang membuatku tergelak Pada dawai rindu Dia yang sekarang berbeda Membuat waktu terlewat sia-sia Memikirkannya Cukup Untuk ini saja Aku berhenti Berharap banyak Tapi Jika dia memang sudah di takdirkan Suatu saat nanti akan bersama Bersama dengannya Maaf Aku tak bisa memberi rangkaian Selain puisi ini Teruntuk kau di sana Wahai Bintang

Puisi : Jiwa yang Bangkit

Jiwa yang Bangkit  29 April 2016 Oleh : F N K Mentari bersinar menatapku  Tapak Kakiku terasa memburu Asa harapanku mengebu-gebu  Lihatlah angin memberikan balutan rindu Ku tatap langit indah menghiasi ruangan hati  Sesaat lintang tujuanku mulai berwarna Ingin sekali ku bersua Mengiringi langkah angin  Inikah yang dinamakan jiwa kebangkitan ku. 

Manisnya Dipandang sebelah mata

Setiap orang tentu mempunyai impian yang sangat besar. Bisa hidup enak, punya rumah sendiri, kuliah di luar negeri dengan beasiswa, naik jabatan, sekolah di SMA favorite, mendapat juara di tingkat provinsi. Namun, ketika seseorang ingin mencapai tujuan itu. Ia harus melalui proses dan liku-likunya. Ada berbagai rintangan yamg harus dilakukan untuk mencapai hal itu. Ketika percaya diri dan keyakinan meningkat. Seseorang pasti di uji seperti cemoohan keinginan, remehan dari lingkungan sekitar bahkan cacian. Pujian menghilang seketika. " Beneran kamu akan mendaftar dokter? Kamu tak cocok? Nilaimu saja segitu!" "ini karyamu? Biar aku saja yang membuatnya." Bahkan orang terdekat denganmu pun bisa memandang sebelah mata. Terkadang ada rasa sakit ketika diremehkan. Wajar seperti itukah. Tetapi jangan membuat hal itu berlarut berfikir jelek terhadap diri sendiri. "Gimana tesnya lolos? Sudah tahap ke berapa?" Dan ketika kamu menjawab tidak lolos. Seketika re...