Sumber gambar: google
Ketika sang siang seperti sore akibat warna awan hitam ke
abu-abuan menutupi langit biru. Itu adalah proses ku. Proses bagai mana aku
akan menapaki belahan bumi. Menjelajahi indahnya ciptaan Mu wahai Tuhan. Sudah
lama aku tak menapaki bumi bagian selatan. Aku merindukannya. Merindukan mereka
yang tak terlalu merindukanku. Di mana aku selalu mengisi hari-hari mereka.
Juga karena saat itu aku selalu ada untuk mereka. Mungkin juga aku selalu
mengisi hari-hari bumi pertiwiku.
Sebut saja aku hujan. Itu panggilanku ketika si tanah
membutuhkanku. Juga pohon-pohon yang merupakan penyemangat hidupku ketika aku
mulai merintih. Aku tak merasakan sakit ketika mentari mengalah kepadaku. Aku
dan sang surya terkadang beradu argumen. Mengenai perubahan sikap tanah
kepadaku juga teman-temanku yang pergi satu persatu meninggalkanku.
Manusia-manusia yang kala menghujatku saat aku bermain dengan tanah setiap
hari. Para manusia membenciku entah apa penyebabnya. Aku terkadang lelah
melihat perubahan tanahku. Kecewa terhadapnya. Hingga 7 bulan aku tak pernah
menemuinya sekadar saling bertegur sapa.
Sang tanah tak memanggilku. Membuatku kecewa berkali lipat. Melihat
sikapku langit geram terhadap manusia. Ia menyuruhku jangan menemui tanah.
Lagi-lagi manusia membuatku pusing.
Detik demi detik
Kala aku merindukannya
Langit menyuruhku menjauh
Mentari juga mendukungku
Entahlah apa yang mereka pikirkan.
Mantaap..
BalasHapus👍👍
BalasHapus