Langsung ke konten utama

Akhir akhir ini

Sudah cukup lelah akhir- akhir kehidupanku yang padat tak sempatku meluangkan waktu untuk menulis. Sejenak aku menarik nafas dalam-dalam, merenung tentang ini dan itu.

Tubuhku kian tak terurus karena beberapa aktifitas yang membuatku sedikit sibuk.
Dan waktu terus berjalan begitu cepat dan aku menyadarinya.  Yah,  aku rasa baru kemaren. Iya,  kemaren duduk dibangku sekolahan. Bercanda ria dengan teman-temanku pada waktu itu.  Dan setelah pulang sekolah aku tidak langsung pulang ke rumah.  Biasanya mampir terlebih dahulu di perpustakaan.  Berjam-jam di sana dengan teman yang sama.  Sama suka membaca. Membaca apa saja.  Dari agama,  filsafat, bahasa,  novel,  komik,  olahraga,  fiksi maupun non fiksi dan buku keren lainnya.

Kembali ke awal.  Sudah lama tanganku tak mengetik tulisanku yang mengalir begitu saja seperti berhenti.  Berhenti dari ide yang dulu pernah kuingat. Dan entah pergi kemana tulisanku. Kadang aku ingin bertanya-tanya kemanakah ide itu pergi dan tiba-tiba datang tanpa salam dan permisi.  Dan saat ide itu datang aku bisa kembali menulis lagi. Dan ketika ide itu berlawanan aku akan berhenti begitu saja. Membungkam saja dan kembali tanpa jawab.

Tulisanku masih acak-acak, jadi itu yang membuatku malas mengkritisi. Dan aku lebih menyukai menulis saat imajinasi ide mengalir begitu saja dengan tenang.  Kemudian aku akan kembali menulis. Iya, karena itu menulisku masih tidak konsisten.

Sebenarnya aku ingin menyesal tetapi aku sadar tidak ada yang perlu disesali di dunia ini. Bahkan tentang kehilangan maupun mimpi.  Tapi bukankah seseorang harus belajar agar tidak menyesal di kemudian hari.  Banyak hal yang membuat diri ingin belajar. Karena setiap orang memiliki mimpi dan tujuan masing-masing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudah

Mungkin saatnya Aku harus melupakan Racun jingga yang membuatku tergelak Pada dawai rindu Dia yang sekarang berbeda Membuat waktu terlewat sia-sia Memikirkannya Cukup Untuk ini saja Aku berhenti Berharap banyak Tapi Jika dia memang sudah di takdirkan Suatu saat nanti akan bersama Bersama dengannya Maaf Aku tak bisa memberi rangkaian Selain puisi ini Teruntuk kau di sana Wahai Bintang

Puisi : Jiwa yang Bangkit

Jiwa yang Bangkit  29 April 2016 Oleh : F N K Mentari bersinar menatapku  Tapak Kakiku terasa memburu Asa harapanku mengebu-gebu  Lihatlah angin memberikan balutan rindu Ku tatap langit indah menghiasi ruangan hati  Sesaat lintang tujuanku mulai berwarna Ingin sekali ku bersua Mengiringi langkah angin  Inikah yang dinamakan jiwa kebangkitan ku. 

Manisnya Dipandang sebelah mata

Setiap orang tentu mempunyai impian yang sangat besar. Bisa hidup enak, punya rumah sendiri, kuliah di luar negeri dengan beasiswa, naik jabatan, sekolah di SMA favorite, mendapat juara di tingkat provinsi. Namun, ketika seseorang ingin mencapai tujuan itu. Ia harus melalui proses dan liku-likunya. Ada berbagai rintangan yamg harus dilakukan untuk mencapai hal itu. Ketika percaya diri dan keyakinan meningkat. Seseorang pasti di uji seperti cemoohan keinginan, remehan dari lingkungan sekitar bahkan cacian. Pujian menghilang seketika. " Beneran kamu akan mendaftar dokter? Kamu tak cocok? Nilaimu saja segitu!" "ini karyamu? Biar aku saja yang membuatnya." Bahkan orang terdekat denganmu pun bisa memandang sebelah mata. Terkadang ada rasa sakit ketika diremehkan. Wajar seperti itukah. Tetapi jangan membuat hal itu berlarut berfikir jelek terhadap diri sendiri. "Gimana tesnya lolos? Sudah tahap ke berapa?" Dan ketika kamu menjawab tidak lolos. Seketika re...