Langsung ke konten utama

Sesuap beras

Ketika aku berjalan melihat jalanan
Yang banyak di huni para peminta
Tapi di sini
Kau tak menyadari
Kau menghamburkan nasi
Membuang sisa makanan yang teracuhkan
Bila mana ingat itu
Aku prihatin terhadap orang-orang yang lebih memilih menghamburkan uang
Sungguh mata ini hanya bisa menahan pedihnya hidup
Kala itu aku masih memandangi jalanan
Di sana aku melihat anak kecil
Diminta ibunya untuk meminta-minta
Tapi mereka
Dengan gampangnya membeli hal yang tak perlu
Rentang waktu,  jarak,  jalan kaki
Mereka tak menyerah
Mereka membutuhkan sesuap beras
Juga garam sebagai perasa
Sekuntum peluh menodai wajah mereka
Bekerja pontang-panting tiap senja
Hati kecilnya tak pernah menyerah
Mereka tak fakir ilmu
Pada hakikatnya mentari sebagai penanda waktu
Bahwa ia kembali ke rumah

Februari 2018

Oleh: Fitri Nur Khotimah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudah

Mungkin saatnya Aku harus melupakan Racun jingga yang membuatku tergelak Pada dawai rindu Dia yang sekarang berbeda Membuat waktu terlewat sia-sia Memikirkannya Cukup Untuk ini saja Aku berhenti Berharap banyak Tapi Jika dia memang sudah di takdirkan Suatu saat nanti akan bersama Bersama dengannya Maaf Aku tak bisa memberi rangkaian Selain puisi ini Teruntuk kau di sana Wahai Bintang

Puisi : Jiwa yang Bangkit

Jiwa yang Bangkit  29 April 2016 Oleh : F N K Mentari bersinar menatapku  Tapak Kakiku terasa memburu Asa harapanku mengebu-gebu  Lihatlah angin memberikan balutan rindu Ku tatap langit indah menghiasi ruangan hati  Sesaat lintang tujuanku mulai berwarna Ingin sekali ku bersua Mengiringi langkah angin  Inikah yang dinamakan jiwa kebangkitan ku. 

Manisnya Dipandang sebelah mata

Setiap orang tentu mempunyai impian yang sangat besar. Bisa hidup enak, punya rumah sendiri, kuliah di luar negeri dengan beasiswa, naik jabatan, sekolah di SMA favorite, mendapat juara di tingkat provinsi. Namun, ketika seseorang ingin mencapai tujuan itu. Ia harus melalui proses dan liku-likunya. Ada berbagai rintangan yamg harus dilakukan untuk mencapai hal itu. Ketika percaya diri dan keyakinan meningkat. Seseorang pasti di uji seperti cemoohan keinginan, remehan dari lingkungan sekitar bahkan cacian. Pujian menghilang seketika. " Beneran kamu akan mendaftar dokter? Kamu tak cocok? Nilaimu saja segitu!" "ini karyamu? Biar aku saja yang membuatnya." Bahkan orang terdekat denganmu pun bisa memandang sebelah mata. Terkadang ada rasa sakit ketika diremehkan. Wajar seperti itukah. Tetapi jangan membuat hal itu berlarut berfikir jelek terhadap diri sendiri. "Gimana tesnya lolos? Sudah tahap ke berapa?" Dan ketika kamu menjawab tidak lolos. Seketika re...