Langsung ke konten utama

Kopi bukan rasa Pahit

Kalian pernah merasakan pahit kehidupan. Jika pernah itu memang pernah di lalui oleh orang-orang yang bangkit akan asamnya kehidupan. Nyatanya hidup ada rasa manis dan asin.  Seperti garam,  kopi,  mangga dan gula. Karena bagiku tanpa garam hidup terasa hambar seperti sayur asam tanpa garam itu sangat membuat beberapa orang yang merasakannya akan tiba-tiba mengeluh.  Dan sering memilih tidak untuk memakannya kecuali ia benar-benar merasa kelaparan. Juga kopi yang pahit, jika kamu pernah meminum kopi kalian akan merasakan rasa pahit seperti pahit hidup. Karena kopi tanpa susu atau gula itu seperti pahit di antara titik semu yang berujung pahit.  Eits, bukan berarti setelah kamu minum kopi akan merasakannya juga.
Asam ya aku menyukai rasa asam apalagi ketika di campur gula. Menurutku itu memberikan sensasi elemen yang berbeda ketika merasakannya. Tapi ada juga beberapa orang yang tak menyukai asam. Menurutnya kebanyakan merasakan gigi linu atau semacamnya. Namun, terlalu asam aku tidak menyukai itu.  Ibarat segala sesuatu yang berlebihan tidaklah baik. Manis tak selama-lamanya rasa manis disukai banyak orang karena beberapa memilih tidak memilih atau merasakan rasa manis karena suatu alasan tertentu. Terlalu manis bagiku juga tak terlalu enak.
Hambar,  rasa yang tidak memiliki rasa bisa dinamakan hambar.  Rasa air putih mungkinkah termasuk hambar? Ya,  karena tidak berasa.  Tapi kebanyakan orang menyebut rasa hambar ketika memakan makanan yang tak berasa lalu mengeluh "This food is bland" (Makanan ini hambar) "So,  i dont like." Semacam itulah.
Saatnya bukan untuk mengeluh ini pahit,  ini asin,  ini asam,  ini manis.  Tapi saatnya untuk tetap bersyukur bagai mana bisa merasakannya.  Dikarunia indra pengecap rasa itu sungguh nikmat luar biasa. Bagaimana kita harus selalu bersyukur bisa merasakannya. Berawal dari hal kecil dari dalam diri sendiri.   Bagaimana jika penyakit seperti: sariawan, sakit gigi ataupun yang lainnya melanda kamu. Nantinya kamu menjadi akan berubah menjadi orang yang bersyukur.
Aku pernah mengalami yang namanya sariawan itu sungguh-sungguh membuatku jengkel.  Kadang aku marah ketika ingin berbicara terasa sulit sekali.  Karena jika aku memaksakan kehendak berbicara. Tiba-tiba muncul rasa sakit yang mendadak. Sakit gigi juga sangat membuatku muak. Pernah kualami.   Itu benar-benar tidak bisa membuatku tidur. Kejadian itulah yang membuatku menambah selalu bersyukur.  Bagaimana aku harus selalu menghargai ketika merasakan rasa apapun dan tidak mengeluh.  Bagiku itu adalah hal kecil yang patut tidak kita sepelekan.  Karena bersyukurlah bukan ketika mendapatkan sesuatu yang besar.  Tapi ketika kamu mendapatkan sesuatu dari kecil dalam diri kita sendiri. So guys jangan lupakan pesanku ini.
Tgl,  30 November 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudah

Mungkin saatnya Aku harus melupakan Racun jingga yang membuatku tergelak Pada dawai rindu Dia yang sekarang berbeda Membuat waktu terlewat sia-sia Memikirkannya Cukup Untuk ini saja Aku berhenti Berharap banyak Tapi Jika dia memang sudah di takdirkan Suatu saat nanti akan bersama Bersama dengannya Maaf Aku tak bisa memberi rangkaian Selain puisi ini Teruntuk kau di sana Wahai Bintang

Puisi : Jiwa yang Bangkit

Jiwa yang Bangkit  29 April 2016 Oleh : F N K Mentari bersinar menatapku  Tapak Kakiku terasa memburu Asa harapanku mengebu-gebu  Lihatlah angin memberikan balutan rindu Ku tatap langit indah menghiasi ruangan hati  Sesaat lintang tujuanku mulai berwarna Ingin sekali ku bersua Mengiringi langkah angin  Inikah yang dinamakan jiwa kebangkitan ku. 

Manisnya Dipandang sebelah mata

Setiap orang tentu mempunyai impian yang sangat besar. Bisa hidup enak, punya rumah sendiri, kuliah di luar negeri dengan beasiswa, naik jabatan, sekolah di SMA favorite, mendapat juara di tingkat provinsi. Namun, ketika seseorang ingin mencapai tujuan itu. Ia harus melalui proses dan liku-likunya. Ada berbagai rintangan yamg harus dilakukan untuk mencapai hal itu. Ketika percaya diri dan keyakinan meningkat. Seseorang pasti di uji seperti cemoohan keinginan, remehan dari lingkungan sekitar bahkan cacian. Pujian menghilang seketika. " Beneran kamu akan mendaftar dokter? Kamu tak cocok? Nilaimu saja segitu!" "ini karyamu? Biar aku saja yang membuatnya." Bahkan orang terdekat denganmu pun bisa memandang sebelah mata. Terkadang ada rasa sakit ketika diremehkan. Wajar seperti itukah. Tetapi jangan membuat hal itu berlarut berfikir jelek terhadap diri sendiri. "Gimana tesnya lolos? Sudah tahap ke berapa?" Dan ketika kamu menjawab tidak lolos. Seketika re...