Langsung ke konten utama

Mirisnya hidup di zaman teknologi gadget

 Sumber gambar: https://www.google.com/url

Sering aku jumpai beberapa orang dari kalangan muda atau tua. Baik di tempat umum seperti jalan, tempat perbelanjaan, sekolah,  perpustakaan jarang di temui orang tak membawa handphone. Seakan handphone benda yang sangat sakral harus dibawa kemanapun pergi. Apalagi mayoritas pemilik ponsel bukan hanya kalangan yang tua tetapi juga banyak kalangan yang muda. Seperti anak-anak,  seharusnya orang tua perlu melarang atau memberi arahan karena banyak konten yang berbau positif dan negatif. Juga maraknya vidio yang mengandung sara.

Kebanyakan anak-anak zaman sekarang memainkan ponsel karena bermain game.  Apalagi ngehitznya permainan online yang dinamakan ML. Ingat Mobile Legend.  Tapi ada juga yang menonton youtube, instagram, facebook dan lainnya. Aku sungguh prihatin dan miris ketika anak-anak zaman sekarang lebih mementingkan gamenya. Berkebalikkan dengan zaman dulu.  Ketika masa kecilku, karena saat itu pemilik ponsel masih sedikit di kalangan masyarakat. Dan masa-masa kecilku begitu indah. Permainan congklak,  yeye, unclang, jangka, layang-layang, rok-rokan dan masih banyak lagi. Masa kecilku begitu aktif bermain dengan sebaya bukan bermain dengan gadget. 

Ketika kecil aku pernah bermain layang-layang.  Apalagi memegang senar layang-layang.  Itu membuatku bahagia terkadang hingga lupa waktu. Ada yang pernah bermain layang-layang?  Kalian pasti merasakan gimana rasanya kecewa ketika senar layang-layangmu putus yang diadu dengan temanmu. Lalu berlari mengejarnya. Sampai nyangkut di pohon kamupun berusaha mengambilnya. Walau kamu harus memanjat pohon tersebut. Walau harga layang-layang tak sebanding dengan usahamu merebut layang-layang itu. Skip. 

Di zaman sekarang manusia ibarat robot ketika di hadapkan teknologi di genggaman tangannya.  Tak peduli orang sekitar tempat. Kepala mereka hanya menunduk memandangi ponsel masing-masing dengan tangan menekan-nekan layar.  Itu seperti menjadi suatu kebiasaan yang biasa di kalangan masyarakat. Sudah sering kujumpai di berbagai tempat.  Dari mulai sekolah,  tempat umum,  perpustakaan dll. Seolah mereka diperbudak oleh robot. 

Apalagi di kehidupan nyata.  Orang enggan saling bercakap-cakap tetapi mereka hanya sibuk dengan ponselnya masing-masing. Itu sering kualami ketika aku tinggal di kost. Ketika itu teman-temanku sibuk bermain ponsel. Akhirnya salah satu temanku berhenti memutuskan bermain handphone begitupun denganku entah gara-gara apa. Disitu awal mula kami mulai berhenti menggunakan ponsel ketika bersama dengan teman-teman dan diisi dengan berbagi pengalaman aku dan mereka. Adakalanya kami mengobrol dan bermain handphone. Dan bagiku berbincang-bincang di dunia nyata lebih menyenangkan.

Tapi teknologi gadget ada juga mendekatkan yang jauh ataupun sebaliknya menjauhkan yang dekat. Bukankah ketika bermain gadget kita tak mengobrol dengan orang lain. Kita sibuk membalas pesan baik di whatsap,  bbm, sms dll. Dan semua orang sibuk karena bermain gadget. Sampai melupakan kehidupan nyata.  Ini loh kehidupan kenyataan bukan hanya di maya saja. 

Manusia berteman lebih banyak di jejaring sosial daripada di dunia nyata di zaman teknologi ini. Kemudian berkutik di dunia yang hanya bertuliskan ketikan, suara dan vidio. Terkadang itu sangat miris. Ditahun mendatang zaman akan lebih canggih dari ini.  Mungkinkah orang enggan saling berkomunikasi melalui ucapan hanya berpegang pada handphone? Entahlah. Mungkinkah suatu saat nanti ada alat canggih menggantikan gadget? Maybe

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudah

Mungkin saatnya Aku harus melupakan Racun jingga yang membuatku tergelak Pada dawai rindu Dia yang sekarang berbeda Membuat waktu terlewat sia-sia Memikirkannya Cukup Untuk ini saja Aku berhenti Berharap banyak Tapi Jika dia memang sudah di takdirkan Suatu saat nanti akan bersama Bersama dengannya Maaf Aku tak bisa memberi rangkaian Selain puisi ini Teruntuk kau di sana Wahai Bintang

Puisi : Jiwa yang Bangkit

Jiwa yang Bangkit  29 April 2016 Oleh : F N K Mentari bersinar menatapku  Tapak Kakiku terasa memburu Asa harapanku mengebu-gebu  Lihatlah angin memberikan balutan rindu Ku tatap langit indah menghiasi ruangan hati  Sesaat lintang tujuanku mulai berwarna Ingin sekali ku bersua Mengiringi langkah angin  Inikah yang dinamakan jiwa kebangkitan ku. 

Manisnya Dipandang sebelah mata

Setiap orang tentu mempunyai impian yang sangat besar. Bisa hidup enak, punya rumah sendiri, kuliah di luar negeri dengan beasiswa, naik jabatan, sekolah di SMA favorite, mendapat juara di tingkat provinsi. Namun, ketika seseorang ingin mencapai tujuan itu. Ia harus melalui proses dan liku-likunya. Ada berbagai rintangan yamg harus dilakukan untuk mencapai hal itu. Ketika percaya diri dan keyakinan meningkat. Seseorang pasti di uji seperti cemoohan keinginan, remehan dari lingkungan sekitar bahkan cacian. Pujian menghilang seketika. " Beneran kamu akan mendaftar dokter? Kamu tak cocok? Nilaimu saja segitu!" "ini karyamu? Biar aku saja yang membuatnya." Bahkan orang terdekat denganmu pun bisa memandang sebelah mata. Terkadang ada rasa sakit ketika diremehkan. Wajar seperti itukah. Tetapi jangan membuat hal itu berlarut berfikir jelek terhadap diri sendiri. "Gimana tesnya lolos? Sudah tahap ke berapa?" Dan ketika kamu menjawab tidak lolos. Seketika re...