Langsung ke konten utama

Menulis tanpa batas

Menulislah tanpa batas maka kamu lupa akan waktu.  Sebaris kalimat ini membenarkan diriku larut dalam dunia tulis. Seperti dahulu kala itu aku pernah menulis beberapa kalimat beberapa paragraf hingga menjadi bagian sebuah cerita. Cerita aku terbitkan di wp lalu aku batal terbitkan. Rutinitas yang pernah aku lakukan. Kamu tau gak? Aku rindu masa-masa itu. Masa dimana aku aktif membuat cerita yang enggan aku lanjutkan dan lebih memilih membuat cerita baru. Membuang waktu sia-sia tentang sebuah kepenulisan itu hal yang sering aku lakukan. Terkadang aku menyesal tentang itu.

Hari berganti sudah,  malam kembali pagi batang  usiaku tak lagi anak-anak. Aku bangun dari tidurku.  Walau kantuk masih menyerang mataku. Sedikit membius hidungku hingga nafasku terengah-engah.  Masih ingat sisa semalam.  Tentang proyek yang belum terselesaikan.  Aku tak mengambil pusing hal itu.  Masa bodo, kemudian  aku pergi ke kamar kecil berwudhu. Menjalankan kewajiban yang diperintahkan Tuhan yang maha Esa. Ibuku selalu menasehati itu.  Kata-katanya masih terngiang-ngiang di pusat otakku. "Sholatlah nak untuk bekal di akhirat kelak, agar kau tak menyesal". Perkataan itu ku ingat sebelum aku mulai menginjak remaja. Karena itu sudah menjadi kewajiban.

Aku teringat PCku masih menyala. Aku memilih duduk sambil memegangi mouse juga ide-ide yang ku kumpulkan sejak sehari semalam. Tapi nyatanya sudah sekian menit aku masih memandangi layar pc dengan tatapan kosong.
Apalagi yang harus dilanjutkan? 
Apalagi yang harus dijalankan?
Apalagi apalagi?
Apalagi soal cinta ini?
Apa itu cinta?
Apa itu cinta sejati?
Apa itu?
Apa itu cinta sebelah pihak?  Cinta sebelah pihak adalah ketika aku iya aku (seorang gadis yang very beautiful *ciee cantik) ketika menyukai seseorang cowok tapi yang di cintai tak menyukai balik alias php ngenes.  Sadis bro! Fuck. Jangan ngomong soal cinta.  Aku sedikit lelah terkadang.  Rasanya aku gak tau apa itu rasanya. Anehkan bro,  yaudah jangan bahas soal itu.  Tapi tulisan di laptopku enggan berhenti. Dengan paksa ku perhentikan. Ya karena aku yang mengendalikannya bukan orang lain.

Sayangnya waktu ini enggan menuntunku dalam ketikan tuts-tuts keyboard malah membuatku hayut dalam dunia yang lain.  Seperti saat ini contohnya. Ah,  sudah lupakan saja. Percaya atau gak terkadang menulis membuat hati ini larut dalam masa lalu.  Masih tak percaya,  coba saja lakukan. Bye.

Karawang,  Kamis 6 juli 2017.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudah

Mungkin saatnya Aku harus melupakan Racun jingga yang membuatku tergelak Pada dawai rindu Dia yang sekarang berbeda Membuat waktu terlewat sia-sia Memikirkannya Cukup Untuk ini saja Aku berhenti Berharap banyak Tapi Jika dia memang sudah di takdirkan Suatu saat nanti akan bersama Bersama dengannya Maaf Aku tak bisa memberi rangkaian Selain puisi ini Teruntuk kau di sana Wahai Bintang

Puisi : Jiwa yang Bangkit

Jiwa yang Bangkit  29 April 2016 Oleh : F N K Mentari bersinar menatapku  Tapak Kakiku terasa memburu Asa harapanku mengebu-gebu  Lihatlah angin memberikan balutan rindu Ku tatap langit indah menghiasi ruangan hati  Sesaat lintang tujuanku mulai berwarna Ingin sekali ku bersua Mengiringi langkah angin  Inikah yang dinamakan jiwa kebangkitan ku. 

Manisnya Dipandang sebelah mata

Setiap orang tentu mempunyai impian yang sangat besar. Bisa hidup enak, punya rumah sendiri, kuliah di luar negeri dengan beasiswa, naik jabatan, sekolah di SMA favorite, mendapat juara di tingkat provinsi. Namun, ketika seseorang ingin mencapai tujuan itu. Ia harus melalui proses dan liku-likunya. Ada berbagai rintangan yamg harus dilakukan untuk mencapai hal itu. Ketika percaya diri dan keyakinan meningkat. Seseorang pasti di uji seperti cemoohan keinginan, remehan dari lingkungan sekitar bahkan cacian. Pujian menghilang seketika. " Beneran kamu akan mendaftar dokter? Kamu tak cocok? Nilaimu saja segitu!" "ini karyamu? Biar aku saja yang membuatnya." Bahkan orang terdekat denganmu pun bisa memandang sebelah mata. Terkadang ada rasa sakit ketika diremehkan. Wajar seperti itukah. Tetapi jangan membuat hal itu berlarut berfikir jelek terhadap diri sendiri. "Gimana tesnya lolos? Sudah tahap ke berapa?" Dan ketika kamu menjawab tidak lolos. Seketika re...