Langsung ke konten utama

Tentang siapa

Sore itu aku terduduk di sebuah kursi bersama bayang-bayang siapa. Aku masih mengingat lelaki yang berkaos putih. Yang sangat langka di dunia ini. Terkadang aku menulisnya dalam sebuah cerita. Dan nyatanya cerita-cerita itu seperti hadir dalam nyata. Apa yang harus kulakukan? Manakala hati ini tidak singkron. Sudah berbulan-bulan aku melupakannya. Tapi hari ini aku mengingatnya kembali.

Mengingat malam itu, mungkin terdengar lucu untuk diriku. Bagai mana ia dan diriku bersama-sama berpendapat yang mengira orang lain itu mengetahui tapi nyatanya berlawanan. Itu yang membuatku mengerti bagai mana ia menggandeng anak kecil yang baru di jumpai dan menyebrangkan jalan. Bukan itu yang aku maksud. Yang aku maksud adalah beberapa kalimat yang terlintas dalam pikiranku. Salah satunya "Aku kira kamu tahu". Sebuah kalimat yang membuat indra otakku mengingatnya. Lagi-lagi dan lagi-lagi. Yang akhirnya di sudahi.

Sore yang berganti warna oranye membuatku bangkit dari kursi warna coklat itu. Sebelum bangkit dari tempat duduk itu. Aku mencoba menghirup udara segar yang saat ini mulai punah. Komponen udara, angin dan hujan membuat mengingatku. Ketika itu aku mengayuh sepeda sangat kencang bermain-main dengan temanku. Wajahku dan mereka masih polos. Saat itu kami masih mengenakan seragam merah putih. Ironisnya saat itu ketika pulang sekolah aku dan mereka selalu mengayuh berjejeran menghalangi jalan sepeda motor tanpa peduli terhadap orang lain.

Aku kemudian meninggalkan kursi coklat itu dengan perasaan lega. Dan tentang siapa memang itu nyata tapi seperti ilusi yang suatu saat nanti akan hadir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudah

Mungkin saatnya Aku harus melupakan Racun jingga yang membuatku tergelak Pada dawai rindu Dia yang sekarang berbeda Membuat waktu terlewat sia-sia Memikirkannya Cukup Untuk ini saja Aku berhenti Berharap banyak Tapi Jika dia memang sudah di takdirkan Suatu saat nanti akan bersama Bersama dengannya Maaf Aku tak bisa memberi rangkaian Selain puisi ini Teruntuk kau di sana Wahai Bintang

Puisi : Jiwa yang Bangkit

Jiwa yang Bangkit  29 April 2016 Oleh : F N K Mentari bersinar menatapku  Tapak Kakiku terasa memburu Asa harapanku mengebu-gebu  Lihatlah angin memberikan balutan rindu Ku tatap langit indah menghiasi ruangan hati  Sesaat lintang tujuanku mulai berwarna Ingin sekali ku bersua Mengiringi langkah angin  Inikah yang dinamakan jiwa kebangkitan ku. 

Manisnya Dipandang sebelah mata

Setiap orang tentu mempunyai impian yang sangat besar. Bisa hidup enak, punya rumah sendiri, kuliah di luar negeri dengan beasiswa, naik jabatan, sekolah di SMA favorite, mendapat juara di tingkat provinsi. Namun, ketika seseorang ingin mencapai tujuan itu. Ia harus melalui proses dan liku-likunya. Ada berbagai rintangan yamg harus dilakukan untuk mencapai hal itu. Ketika percaya diri dan keyakinan meningkat. Seseorang pasti di uji seperti cemoohan keinginan, remehan dari lingkungan sekitar bahkan cacian. Pujian menghilang seketika. " Beneran kamu akan mendaftar dokter? Kamu tak cocok? Nilaimu saja segitu!" "ini karyamu? Biar aku saja yang membuatnya." Bahkan orang terdekat denganmu pun bisa memandang sebelah mata. Terkadang ada rasa sakit ketika diremehkan. Wajar seperti itukah. Tetapi jangan membuat hal itu berlarut berfikir jelek terhadap diri sendiri. "Gimana tesnya lolos? Sudah tahap ke berapa?" Dan ketika kamu menjawab tidak lolos. Seketika re...